PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI
Oleh: Moh Rois Firdaus
Di tengah gemuruh zaman yang kian menggulung, di mana layar-layar biru menari dengan cepatnya informasi, pendidikan kita seperti kapal yang berlayar di samudra tak bertepi. Teknologi, dengan segala kemilaunya, memberi sinar yang benderang, namun juga menyisakan bayang-bayang yang kadang melenakan. Di satu sisi, ia membawa kemudahan tak terbayangkan, sementara di sisi lain, ia menguji kedalaman akar yang telah bertumbuh lama di tanah pendidikan.
Seiring deru mesin dan kode yang terus berjalan, generasi muda kini bertumbuh dalam dunia yang serba cepat, di mana sekilas kilatan cahaya bisa mengubah segalanya. Di dalam genggaman tangan mereka, dunia menjadi sekecil layar sentuh, namun pikiran mereka, bagaikan sekeping tanah yang tak selalu siap menerima benih yang ditaburkan. Informasi berlimpah, namun pemahaman seringkali tereduksi menjadi hal yang instan, seakan-akan segala sesuatu bisa dicapai tanpa harus melalui perjalanan panjang.
Apakah kita, sebagai penjaga pintu gerbang pengetahuan, siap untuk membawa pendidikan menuju kedalaman makna dalam pusaran arus teknologi yang begitu deras? Atau akankah kita terjebak dalam ilusi kemudahan yang ditawarkan oleh dunia digital, hingga kita kehilangan rasa haus yang sejati terhadap ilmu pengetahuan? Sebuah pertanyaan yang semakin menggaung di lorong-lorong sekolah, kampus, dan bahkan di ruang-ruang rumah pendidikan.
Pendidikan, pada dasarnya, bukan hanya tentang mengisi kepala dengan data. Lebih dari itu, ia adalah seni menumbuhkan kebijaksanaan, mengasah jiwa, dan menyalakan api rasa ingin tahu yang tak pernah padam. Di era teknologi ini, kita mungkin dapat meraih segala pengetahuan dalam sekejap, namun apakah kita juga mampu menjaga api keinginan untuk memahami dunia dengan seluruh kedalamannya?
Di balik kilau digital yang memukau, marilah kita tetap berpegang pada prinsip bahwa pendidikan adalah perjalanan, bukan seperti mie yang direbus instan. Teknologi hanyalah alat sebuah peta untuk membantu kita menemukan jalan. Namun yang menentukan langkah kita, adalah hati yang berani mempertanyakan, berpikir, dan merenungkan. Jangan biarkan kita terlena oleh kemudahan, karena pada akhirnya, pendidikan yang sejati adalah yang mampu menyentuh nurani, dan membimbing kita untuk menjadi manusia yang lebih bijaksana di tengah derunya perubahan.
Nasib pendidikan di era teknologi terletak pada keseimbangan kita untuk mengapresiasi kecepatan, tanpa melupakan kedalaman. Karena pada akhirnya, yang abadi bukanlah informasi yang kita dapatkan, tetapi pengetahuan yang kita resapi dan cara kita memaknai dunia dengan ilmu pengetahuan yang mendalam.
Belajar, Bernalar, Mengakar.