Notification

×

Iklan

Iklan

Tangan yang Membelai Dunia: Refleksi atas Peran Ibu

Minggu, 22 Desember 2024 | 20.04 WIB | 0 Views Last Updated 2024-12-22T21:02:10Z

Tangan yang Membelai Dunia: Refleksi atas Peran Ibu

Oleh: Achmad Jailani

Hari Ibu, yang diperingati setiap tanggal 22 Desember di Indonesia, merupakan momen berharga untuk menghormati dan mengenang jasa ibu dalam kehidupan manusia. Namun, apakah cukup satu hari dalam setahun untuk menghargai sosok yang menjadi sumber kehidupan, pendidik pertama, dan fondasi moral keluarga? Tentu tidak. Hari Ibu adalah peringatan simbolis yang bermakna mendalam, tidak hanya sebagai bentuk penghormatan tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya ibu dalam membangun masyarakat yang lebih baik.

Dalam perspektif agama, terutama Islam, kedudukan ibu berada di posisi yang sangat tinggi. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Ibumu, ibumu, ibumu, kemudian ayahmu,” (HR. Bukhari dan Muslim), yang menunjukkan bahwa penghormatan kepada ibu mendahului ayah sebanyak tiga kali lipat. Hal ini tidak terlepas dari peran besar ibu sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya, tempat generasi masa depan belajar nilai-nilai kebaikan. Ibu adalah sumber kasih sayang yang tidak terbatas, pengorbanannya tidak mengenal pamrih, dan perannya melampaui sekadar melahirkan dan merawat. Dalam pandangan Islam, ibu adalah sosok yang harus dihormati sepanjang hayat.

Di sisi lain, dunia Barat juga memiliki penghormatan yang besar terhadap ibu. Abraham Lincoln pernah berkata, “All that I am or ever hope to be, I owe to my angel mother.” Kata-kata ini mencerminkan bagaimana ibu memiliki pengaruh yang mendalam dalam membentuk karakter dan kesuksesan seorang anak. Baik dalam tradisi Timur maupun Barat, ibu selalu dianggap sebagai simbol kekuatan, kasih sayang, dan kebijaksanaan.

Namun, mengapa Hari Ibu perlu diperingati? Di tengah kehidupan modern yang serba cepat, sering kali kita lupa untuk menghargai keberadaan ibu. Banyak orang menganggap peran ibu sebagai sesuatu yang biasa dan tidak membutuhkan perhatian khusus. Padahal, jika dihitung secara ekonomi, pekerjaan seorang ibu—sebagai pengasuh, manajer rumah tangga, konselor keluarga, bahkan pendidik—setara dengan gaji seorang eksekutif. Sayangnya, peran ini sering tidak mendapat pengakuan yang layak. Hari Ibu adalah pengingat bahwa apa yang dilakukan ibu untuk keluarganya tidak ternilai harganya.

Peringatan Hari Ibu juga memiliki tujuan yang lebih luas, yaitu mendidik generasi muda untuk lebih menghormati orang tua, terutama ibu. Di tengah budaya konsumerisme dan individualisme yang semakin kuat, nilai-nilai kasih sayang, penghormatan, dan kepedulian terhadap keluarga sering kali terkikis. Hari Ibu adalah momen untuk menyegarkan kembali nilai-nilai tersebut. Lebih dari sekadar memberikan hadiah, Hari Ibu menjadi waktu yang tepat untuk merefleksikan bagaimana kita sebagai anak telah berperilaku kepada ibu kita.

Selain itu, Hari Ibu di Indonesia memiliki makna historis yang kuat. Berakar dari Kongres Perempuan Indonesia pada tahun 1928, peringatan ini tidak hanya untuk menghormati peran ibu di ranah domestik tetapi juga untuk mengapresiasi perjuangan perempuan dalam membangun bangsa. Dalam konteks ini, Hari Ibu menjadi simbol perayaan atas peran perempuan secara keseluruhan—baik sebagai ibu, istri, pekerja, maupun individu yang mandiri. Hal ini menunjukkan bahwa Hari Ibu tidak hanya relevan bagi keluarga tetapi juga bagi masyarakat luas.

Dalam pandangan tokoh-tokoh besar, penghormatan kepada ibu selalu menjadi tema utama yang penuh makna. Ibnu Sina, ilmuwan besar dari dunia Islam, menulis bahwa ibu adalah penjaga jiwa dan raga anak-anaknya, yang keberadaannya tidak tergantikan. Dalam dunia modern, Michelle Obama pernah berkata bahwa peran terpenting yang ia miliki dalam hidupnya adalah menjadi seorang ibu. Pandangan-pendangan ini mengingatkan kita bahwa ibu bukan hanya sosok yang menjalankan tugas, tetapi juga menjadi pusat kehidupan yang menginspirasi.

Di Indonesia, penghormatan terhadap ibu telah diabadikan dalam karya sastra. Chairil Anwar, misalnya, mengungkapkan cinta dan hormatnya kepada ibunya dalam puisi “Doa.” Puisi tersebut menjadi bukti betapa seorang ibu adalah sumber kekuatan dan harapan bagi anak-anaknya. Begitu pula dengan Kartini, tokoh emansipasi perempuan Indonesia, yang selalu menempatkan ibu sebagai figur sentral dalam perjuangannya.

Hari Ibu juga dapat menjadi momen untuk memperbaiki hubungan keluarga. Dalam banyak kasus, kesibukan dan tuntutan hidup sering kali membuat komunikasi antara ibu dan anak menjadi renggang. Dengan adanya peringatan ini, kita diajak untuk kembali menyatukan hati dan mempererat tali kasih sayang dalam keluarga. Sebuah perayaan kecil, seperti memberikan ucapan terima kasih, menulis surat, atau meluangkan waktu bersama, dapat menciptakan perubahan besar dalam hubungan kita dengan ibu.

Namun, makna Hari Ibu seharusnya tidak berhenti pada perayaan semata. Hari Ibu juga harus menjadi pengingat akan banyaknya ibu yang masih membutuhkan perhatian, baik dari segi ekonomi, kesehatan, maupun sosial. Masih banyak ibu di Indonesia yang bekerja tanpa perlindungan hukum, terutama di sektor informal. Oleh karena itu, memperingati Hari Ibu juga berarti mendukung kebijakan yang memberikan hak-hak dasar bagi ibu dan perempuan secara umum.

Pada akhirnya, Hari Ibu adalah momen refleksi yang mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas kehadiran ibu dalam hidup kita. Sebagai mahasiswa yang mempelajari bahasa dan budaya, Anda memiliki kesempatan besar untuk menyebarkan pesan ini melalui tulisan, diskusi, atau kampanye sosial. Jadikan Hari Ibu sebagai momentum untuk mencintai, menghormati, dan mendukung ibu-ibu di seluruh dunia. Sebab, menghormati ibu bukan hanya kewajiban seorang anak tetapi juga tanggung jawab setiap manusia untuk menciptakan dunia yang lebih baik, dimulai dari rumah.

Hari Ibu adalah lebih dari sekadar peringatan tahunan; ia adalah warisan nilai yang harus dijaga dan ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita jadikan Hari Ibu sebagai pengingat bahwa kasih sayang seorang ibu tidak pernah habis, dan penghormatan kita kepada mereka tidak boleh berhenti.

Pamekasan, 22 Desember 2024

×
Berita Terbaru Update