MOH Hilal
Pilkada Madura yang semakin mendekat mengundang berbagai perhatian, terutama terkait peran kiai dalam proses politik di wilayah ini. Kiai, sebagai figur yang dihormati dan berpengaruh dalam masyarakat, sering kali menjadi jembatan antara aspirasi politik dan nilai-nilai keagamaan. Namun, pertanyaannya, apakah ini sekadar atensi kiai politik ataukah politik kiai yang sejati?
Di Madura, kiai tidak hanya berperan sebagai pemimpin spiritual, tetapi juga sebagai tokoh politik yang dapat memengaruhi pilihan masyarakat. Banyak kiai yang terlibat langsung dalam pilkada, baik sebagai kandidat maupun pendukung. Hal ini menunjukkan bahwa kiai memiliki kemampuan untuk menggerakkan massa, memobilisasi suara, dan mempengaruhi keputusan politik.
Namun, penting untuk menilai apakah keterlibatan kiai dalam politik semata-mata didorong oleh kepentingan politik pragmatis atau karena komitmen terhadap perubahan yang lebih baik untuk masyarakat. Keterlibatan kiai harusnya tidak hanya berfokus pada mendukung calon tertentu, tetapi juga menciptakan iklim politik yang kondusif, berlandaskan pada nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan.
Dalam konteks ini, kiai politik cenderung mengejar posisi dan pengaruh, sedangkan politik kiai seharusnya lebih berfokus pada visi dan misi untuk kesejahteraan masyarakat. Jika kiai lebih memprioritaskan kepentingan politik pribadi, maka dampaknya bisa berbahaya, mengaburkan nilai-nilai moral yang seharusnya dijunjung tinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan latar belakang tersebut, masyarakat Madura perlu memiliki kecerdasan politik yang tinggi. Mereka harus mampu membedakan antara kiai yang benar-benar berkomitmen untuk mengayomi dan kiai yang hanya menjadikan jabatan politik sebagai sarana untuk kepentingan pribadi. Pilihan suara yang bijaksana akan menjadi kunci untuk menentukan masa depan Madura.
Pada akhirnya, pilkada di Madura harus menjadi momen untuk memperkuat sinergi antara nilai-nilai keagamaan dan aspirasi politik. Kiai sebagai pemimpin harus berperan sebagai teladan, mengedepankan kepentingan umat di atas kepentingan diri. Dengan demikian, kita tidak hanya melihat atensi kiai politik, tetapi lebih kepada politik kiai yang substansial, yang membawa perubahan positif bagi masyarakat Madura.
Pamekasan, 12 Oktober 2024