Notification

×

Iklan

Iklan

Mata Indah Afira

Rabu, 13 Maret 2024 | 16.45 WIB | 0 Views Last Updated 2024-03-13T09:58:39Z

 



MATA INDAH AFIRA

Oleh: Moh. Hilal


  Subuh masih tergantung di pojok langit, kepak sayap gelap masih menguap di beranda bumi, tak ada ruang bagi cahaya untuk berkabung, melihat bayang sendiripun tak dapat dilakukan, malam ini benar-benar gelap, subuh juga enggan menuruni tangga angkasa, ia ingin abadi di langit, tak ingin segera hadir ke bumi walau hanya sekedar menandakan bahwa hari telah berganti. 


Berbeda dengan seorang gadis yang masih tegang di atas ranjang, ia ingin segera tiba di penghujung waktu, merasakan langit menyuap warna "mega", ia berharap mega bergeliap di ujung timur rumahnya. Matanya berkaca-kaca menandakan ada beban yang harus ia emban dalam hidupnya, butiran-butiran bening mengalir melewati pipi halusnya, ia terluka, hatinya meronta pada nasib yang menjadikannya sebagai seorang yang tak bisa lagi melihat indah dan buruknya dunia. Saat kemaren siang teman-temanya melarangnya untuk sekedar kumpul dengan mereka. 


Afira hanya menangis saat semua temannya menghina dan mencemohnya tanpa mencoba sedikitpun untuk melawan, semua masih terekam jelas dalam ingatan Afira.


Afira adalah sesosok gadis cantik dengan kepribadian lembut, senyuman yang begitu manis dan balutan jilbab yang selalu menutupi seluruh auratnya. Tapi sayang, dia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kebutaan pada matanya, dia tak dapat lagi melihat indahnya dunia, wajah orang-orang yang dia sayang dan yang menyayangi dia. Termasuk Haqiqi, orang yang diam-diam mencintai Afira tapi belum berani untuk mengutarakan apa isi hatinya, dan sekaligus orang yang pertama kali menolong Fira pada saat dia mengalami kecelakaan pun tak dapat ia pandang lagi.


"Kenapa harus aku" 


Gemuruhnya terbata, bibirnya kaku seolah mencoba menahan air mata yang terus mengalir dari mata indahnya. 


"Kamu kenapa fir.?" 


"Kenapa....kenapa harus Fira yang merasakan semua ini Zain...? Apa salah Fira...? Hingga tuhan mengambil kesempatan untuk Fira bersama- sama dengan yang lainnya.?" 


"Sabar fir..percayalah...! Kalau dibalik semua ini, Allah sudah menyiapkan sejuta kebahagiaan buat kamu." 


"Iya...tapi kenapa harus aku, aku juga ingin seperti mereka yang selalu bisa tersenyum tanpa ada halangan untuk aku tersenyum Zain..." 


"Afira.....kamu tau rencana Allah kan...? Rencana Allah itu indah, Allah itu memberikan cobaan kepada hambanya agar supaya mereka kuat dan aku yakin kamu kuat fir...percayalah Allah itu sayang sama kamu." 


Afira mulai tenang sembari mengusap air mata yang terus mengalir bagaikan air yang selalu membasahi pipinya, dia mulai tersenyum dan alangkah indah lesung pipi yang pas berada di pipi kirinya Afira... 


"Fir...seandainya saja penderitaanmu bisa aku tanggung, aku siap untuk menaggungnya, aku gak bisa melihat kamu terus-terusan menangis seperti ini, aku ingin kamu tersenyum seperti mereka. Ucap Zainal dalam lirihan hatinya yang tidak kuasa melihat penderitaan yang di alami oleh Afira. 


Senja mulai menyingsing, dan kegelapan sudah siap merajahi semesta alam, sementara itu Zainal terus mempercepat langkah kakinya, ia berjalan menuju rumah Wawan panggilan akrab dari nama lengkap Riezal setyawan, dia adalah sahabat karibnya Zainal yang selama ini setia menemani sahabatnya dalam suka maupun duka, itulah yang namanya sahabat, selalu bersama bukan hanya dalam keadaan senang saja. 


"Ada apa Zen...? Tumben sore-sore kayak gini ke sini." Sapa Rizal semabari mempersilahkan sahabat akrabnya itu masuk. 


Zainal berbasa basi sebelum ia mengutarakan apa tujuan utamanya dia datang ke rumah Riezal dan menemuinya. 


"Saya mau minta tolong sama kamu Zal.." 


"Ia bilang saja, kalau saya mampu pasti saya bantu" terang Rizal meyakinkan. 


"Saya memutuskan untuk menguprasi mata Afira Zal.." 


"Apa..? Oprasi Zen.?" 


"Iya Zal, kenapa kamu gak bisa bantu aku ya.." 


"Bukan begitu Zen..! Kalau soal materi Insyaallah saya mampu, tapi..." 


"Tapi apa Zal..? Cegat Zainal. 


"Tapi sekarang itu sulit sekali untuk mencari donor mata yang cocok buat Afira" Semua membisu, Zainal tak dapat menyanggah perkataan Riezal, ia tertunduk semua terasa hening saat itu. 


"Gunakan saja mata saya, kebetulan mata saya cocok dengan mata Afira" kata-kata itu terurai begitu tulus dari Zainal seseorang yang dengan rela mengorbankan bola matanya buat orang yang dia sayang. 


"Apa Zen...,kamu yakin dengan apa yang kamu katakan tadi, ingat Zen...mata itu adalah aset berharga yang kita miliki" cegat Rizal yang tidak rela apabila sahabatnya mengalami hal yang sama dengan yang di alami oleh Afira. 


"Iya Zal...saya sangat yakin dengan apa yang saya utarakan tadi, saya tidak ingin dalam kehidupan Fira mengalami kebutaan, biarkan aku saja yang menderita." 


"Kalau ini memang sudah menjadi keputusan kamu, saya akan usahain semuanya. 


Percakapan itupun berakhir, hari sudah gelap, Zainal bergegas pulang, untuk mengurus semua keperluannya. 


Suasana dzuhur ini sangat panas, angin tak mampu imbangi rasa panas yang mendera. Zainal kini berada dalam serambi masjid, ia baru selesai sholat, tangannya sibuk untuk mengipasi tubuhnya yang sedari tadi bercucuran keringat karna hawa panas yang mencekam. Sementara itu sayup- sayup terdengar suara isak tangis yang tidak begitu asing untuk di dengar oleh Zainal, iya...suara tangis itu, "Afira...! Kenapa dengan Afira..." lirihnya dalam hati. Dengan serentak Zainal berdiri untuk mencari sesosok Afira yang mungkin sekarang dalam keadaan sedih. 


" Afira..! Kamu kenapa..?" 


Tanpa ada respons dari Afira, ia hanya menangis tidak memperdulikan kedatangan Zainal yang sekarang berada di sampingnya, setengah jam telah berlalu, Afira masih tersendu-sendu di pojokan serambi masjid sembari menyandarkan bahu kanannya pada pilar penyanggah masjid, Zainal faham betul apa yang sedang di alami oleh Afira, setelah Afira berhenti dari isak tangisnya, Zainal kembali bertanya tentang hal apa yang telah membuat dirinya menangis, Afira menjelaskan panjang lebar tenatang apa yang harus dia alami, Zainal menatap sayu paras seseorang yang berada tepat di sampingnya, ia merasa iba. Melihat kejadian yang terus menimpa Afira, tekatnya untuk mendonorkan bola matanya semakin kuat, ia berharap setelah nanti Afira bisa melihat tidak akan ada lagi orang yang akan memandang Afira sebelah mata. 


Pagi yang cerah, secerah hati Afira , karena hari ini ia akan melihat kembali seberapa besar keagungan tuhan yang telah menciptakan alam semesta ini, Afira nampak bahagia di atas ranjang rumah sakit tempat ia dioperasi, dengan mata yang masih tertutup perban ia tersenyum tanpa ia tau kalau mata yang ada padanya adalah bukti kasih sayang seseorang yang telah sudi menerima dan menemani dalam suka maupun dukanya, yang rela mengorbankan segalanya untuk kebahagiaan orang yang dia sayangi. 


"Setelah perbannya di buka, kamu buka matanya dengan pelan- pelan ya dek..." saran dokter Imam pada Afira sambil membuka lilitan perban yang menutupi matanya. 


Afira membuka matanya perlahan, wajahnya merona, senyumnya mengembang. 


"aku bisa melihat...! Bunda aku sudah bisa melihat lagi bun...! 


"Ia sayang, kamu harus banyak bersukur" sahut ibundanya yang sedari tadi berdiri di samping Afira. 


Ibundaya tersenyum mengisyaratkan bahwa ia sedang bahagia karna kebahagiaan anak semata wayangnya telah kembali lagi. 


"Zainal...Afira sudah benar-benar bisa melihat Zainal...! Kata-kata Afira terhenti, mata barunya menjelajah mencari sesosok lelaki yang selama ini ingin sekali ia lihat. 


"Zainal...Zainal di mana..? Bunda, Zainal di mana bun, dia udah janji pada saat Afira bisa melihat kembali, ia akan menemani Afira.." Lirih Afira pada ibundanya menanyakan dimana Zainal sekarang. 


"Maafkan Bunda Fira..." 


“Zainal mana.? Kenapa Zainal tidak menemani Fira...?" 


Semuanya terdiam, suasana saat itu terasa hening, semua tertunduk tak ada yang bisa menjawab pertanyaan Afira. 


"Zainal....kamu di mana..." lrihnya lagi. 


"Afira..." Dokter Imam angkat bicara, Fira mengangkat wajahnya. Pandangannya mengarah pada Dokter Imam.


"Zainal telah mendahului kita...." 


"Maksud dokter...?" 


"Dia telah pergi menghadap sang ilahi" 


Afira menunduk air matanya kembali mengalir, mata indahnya itu berkaca-kaca. 


"Kenapa Zainal harus pergi..." 


Hanya kata-kata itu yang terus terucap dari bibir mungilnya. 


"Zainal mengalami pendarahan saat dia di oprasi" jelas Dokter Imam yang masih di sampingnya. 


"Oprasi...? memangnya Zainal sakit apa...?" 


"Saudara Zainal operasi bukan karna sakit, tapi dia di operasi untuk mendonorkan matanya buat kamu, saat itu kamu masih berada di ruang UGD dan dia gak ingin kamu di ganggu, dia hanya menitipkan surat dan boneka ini pada Ibundamu. Terang dokter Imam di iringi oleh ibundanya yang menyudorkan bingkisan kecil buat Afira, Fiera membuka bingkisan itu perlahan dia buka amplop yang di dalamnya berisikan foto seorang laki memakai kopyah hitam yang belum sempat ia lihat sebelumnya, dia terus menagis, dia ambil boneka yang ada di dalamnya, dia terus menangis, dia buka dengan perlahan lembaran kertas yang berada dalam amplop jingga tersebut, dengan tangan gemetar dan deraian air mata yang tak henti-hentinya mengalir dari mata indahnya. 


"Assalamualaikum cinta.... 


Sujujurnya aku tak mengerti dengan rencana tuhan yang telah membuat umatanya bersedih... 


Maafkan aku jika selama ini tak bisa buatmu tersenyum dan bahagia... 


Maafkan aku,...jika aku gak bisa ngelakuin apa- apa buat kamu... 


Maafkan aku jika pada saat kamu bisa melihat dunia...aku tidak berada di dekatmu.. 

Semuanya terjadi dengan begitu cepat. .. 


Memang benar cinta itu sulit untuk dimengerti 

Terkadang membuat kita tertawa, menangis, sedih, dan merana... 


Cinta juga membuat kita gembira dan bahagia....cinta itu bukan untuk menyakiti 

Tapi cinta itu saling mengisi dan berbagi... 


Cinta adalah kasih sayang, pengertian , ketulusan dan kejujuran serta keikhlasan. 

Cinta itu adalah kenangan yang merasa membutuhkan setelah kehilangan 

Cinta tak butuh alasan, karna cinta tumbuh dari perasaan. 


Aku harap kamu bisa memahami apa yang telah aku sampaikan, jangan lupa untuk selalu tersenyum, dan mulai saat ini dan seterusnya jangan pernah tangisi kepergianku...karena aku akan selalu bersamamu dan aku akan selalu melihat dunia melalui mata kamu. 


1445 H


Sumber gambar: https://images.app.goo.gl/UUg8vDLBTXHs9nU98


×
Berita Terbaru Update